scratch from the past

Friday, January 14, 2005

semoga lekas sembuh ibu ...

"ibu sakit"
" Haaa, sakit apa"
"Nggak tau , belum jelas. Sekarang dirawat di ICU MMC"


Dialog itu tergiang terus dalam benakku, seperti bisingnya meriam kala memuntahkan bola bola panasnya kedalam lubuk hatiku yang meradang, merintih dan mengerang kejang sembari menyisakan secuil harapan bahwa apa yang kudengar hanyalah sebuah khayalan.

Tapi ... ibu memang sakit, dan itu sebuah kenyataan yang tak terelakkan. Walaupun sungguh, hanya Tuhan yang Maha Tahu betapa ingin aku berandai ini adalah sebuah mimpi yang tak pernah termimpikan yang tak sanggup teraba bahkan oleh angan angan.

Tapi ... ibu memang sungguh sakit, dan dimulailah perjalanan panjang yang sangat melelahkan berisikan penantian, harapan, cobaan dan godaan.
Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, malam demi malam, minggu demi minggu...

"ibu pusing.."
Terkesiap kumendengar pernyataan yang lembut, lemah bahkan nyaris berbisik meluncur keluar dari mulut ibunda yang kucintai bahkan melebihi diri. Ya, itu pernyataan bukanlah sebuah keluhan. 30 tahun hampir bersamanya tak pernah kudengar sekalipun keluhan, cacian maupun umpatan terlontar keluar dari bibirnya yang selalu basah dengan doa dan pujaan.

"ibu susah tidur .."
Hanya kalimat pendek terucap, tapi membuat hati meratap dan membuat sejuta akibat. Seakan memberi tanda jika saat ini tak ada lagi dua buah paha lembut tempat kuberbaring menumpahkan gelisah dan resah, sementara jemarimu yang suci lembut mengusap kepalaku diiringi shalawat pada nabimu yang memberikan nuasa gaib yang menyelimuti sukma sampai kutertidur berselimutkan doa.

"ibu capek nak..."
Kumenoleh dengan cepat seakan tak percaya dengan apa yang terdengar, dan kala kulihat dari kedua matamu yang teduh mengalir sebulir air dari surgawi yang kuyakin dititipkan oleh malaikat agar menjadi saksi di hari nanti, aku terdiam. Perlahan kutinggalkan ruangan yang kian terasa sempit mencekam, tersedotku oleh pusaran kehampaan, dimainkan oleh gelombang kepedihan yang berteman dengan angin kesedihan. Tanpa arah kuberjalan sampai akhirnya terjerembab di mushola pengharapan.

"Tuhaaaaaan..." tersungkurku di selimut lusuh yang kujadikan pengganti sajadah yang terlupakan, berat nian cobaan yang Dikau turunkan, baluri aku dengan setitik cahaya diatas cahaya, Nurun alan Nur, yang sinarnya mematikan alam semesta tapi menghidupkan hati penuh iman.
Atau Tuhan... beri aku setetes pegangan.




djakarta
january 14, 2005
joeffry
untuk ibunda tercinta, semoga lekas sembuh
untuk yayang yang telah menjadi pegangan


Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home