scratch from the past

Wednesday, June 28, 2006

Potret [makin] Buram Pendidikan Kita

Siapa yang salah ?

Siswa SMK Kelautan Majene 100% Tidak Lulus
Hasil ujian nasional di sejumlah daerah mmenunjukkan tingginya angka ketidaklulusan siswa. Di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, lebih dari 200 siswa tidak lulus.

Yang tidak lulus itu, mayoritas dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Di Majene ada 5 SMK. Di SMK Kelautan Majene, tidak satupun siswanya yang lulus ujian.


Dari pantauan seluruh sekolah di Majene saat pengumuman dijaga ketat 4 orang polisi, satu orang di antaranya dilengkapi dengan senjata.


Menanggapi tingginya angka ketidaklulusan siswa SMK, Kepala Sekolah SMK Kelautan Majene, Sudarfiana menyatakan hampir semua siswanya yang tidak lulus itu, buruk dalam mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, semuanya lulus.


"Bagaimana Bahasa Inggris mereka mau bagus, di daerah pelosok macam ini tak ada sumber penunjang. Beda di kota, selain gurunya bermutu, juga ditambah fasilitas laboraturium dan banyaknya alternatif, kursus," kata Sudarfiana di ruang kerjanya.


“Memang mudah mencari kambinghitam, bilang saja fasilitas tidak ada bla bla bla, di Metropolitan DKI saja yang notabene fasilitas mudah apalagi kursus tersebar dimana-mana ada 7 sekolah yang tidak lulus 100%, jadi apa dan siapa yang salah kalau begitu? Siswa-kah, guru-kah, sistem-kah atau semuanya saling berkait dalam kesalahan?


Seluruh siswa SMA Dharma Kirti, Karangasem, Bali Tidak Lulus

Seluruh siswa SMA Dharma Kirti, di Kecamatan Manggis. Kabupaten Karangasem, Bali, tidak lulus ujian nasional (UN), yang diumumkan Senin (19/6).

Dari 67 siswa, yang terdiri atas 33 jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan 34 orang jurusan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang ikut UN tahun ini semuanya tak mencapai nilai syarat minimal kelulusan, yakni 4,26 dan rata-rata 4,50.

Siswa yang sebelumnya sempat dinyatakan lolos PMDK, tapi tidak lulus UN, PMDK-nya tidak bisa dilanjutkan.


Sekolah Lulus UN Nol Persen di DKI Sebaiknya Merger

Sekolah-sekolah di DKI Jakarta yang memiliki hasil kelulusan nol persen pada Ujian Nasional (UN) diminta melakukan bergabung atau merger, agar bisa meningkatkan mutu pendidikannya, sehingga mampu lolos pada ujian nasional tahun ajaran mendatang.

Sekolah yang memiliki hasil UN nol persen itu terdiri atas enam SMA swasta dan satu SMK swasta yang letaknya tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta.

Berdasarkan data tahun lalu sebanyak 25 sekolah swasta yang hasil ujiannya nol persen. Setiap sekolah umumnya mengirimkan 10-15 siswanya.

5.804 Peserta Ujian Nasional di NTB Tidak Lulus
Sejumlah 5.804 dari 38.800 peserta Ujian Nasional (UN) se-Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak lulus. Kondisi tersebut terjadi dengan tingkat prosentase bervariasi pada 9 kabupaten dan kota yang tersebar di Pulau Lombok dan Sumbawa.

Prestasi Pendidikan di Batam Terendah di Kepri
Kota Batam menduduki prestasi terendah dalam kelulusan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), rata-rata 55%. Padahal, daerah ini mendapat alokasi dana sektor pendidikan Rp86 miliar per tahun, tergolong tertinggi di provinsi itu.

Salah satu contoh, SMA Negeri 7 Batam, hanya mampu meluluskan 4 dari 23 siswa dalam ujian nasional (UN), akhir Mei lalu. Di sekolah lain, dari 28 siswa, hanya 8 yang lulus.

Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Batam Ronny F Adam meminta Wali Kota Batam menempatkan kepala dinas yang profesional di bidang pendidikan. "Wali Kota harus mencari Kadis Pendidikan profesional, sehingga bisa meningkatkan mutu pendidikan dari sekarang ini."

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Maaz Ismail mengaku puas dengan hasil yang diperoleh Batam meski kelulusan berada di bawah daerah lain di Kepri. Target Dinas Pendidikan Kota Batam, kata dia, tidak jauh dari hasil yang diperoleh sekarang. "Soal evaluasi dan keputusan akhir, itu terserah atasan yang menilai."

“Apa yang bisa kita harapkan dengan Kadis yang mengaku puas dengan hasil yang terendah dengan sokongan dana yang tertinggi?”

Aksi dan Reaksi

Tak Lulus Ujian Nasional, Ajip Mengamuk
Akibat tak lulus Ujian Nasional (UN), seorang siswa SMAN-1 Kecamatan Gunung Timang Kabupaten Barito Utara (Barut) Kalimantan Tengah mengamuk dengan memukul kaca sekolah hingga urat nadi (tendon) tangan kanan putus.

Siswa kelas III IPA SMAN-1 Gunung Timang tersebut bernama Ajip Supriadi (18) warga desa Majangkan kecamatan setempat terpaksa dirujuk ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan akibat mengalami pendarahan di tangan.

Siswa SMAN-1 kecamatan Gunung Timang yang tidak lulus sebanyak 19 orang termasuk korban dari 62 orang peserta UN dan berdasarkan keterangan para guru setempat sebelumnya korban sempat minum minuman beralkohol.

"Saat datang ke sekolah mulut korban sudah tercium miras, setelah tahu tidak lulus siswa itu langsung mengamuk mungkin pengaruh minuman tersebut," katanya setelah melihat langsung kondisi kaca sekolah yang pecah tersebut.

“Beginilah mental para pelajar kita …”

Delapan Siswa SMA 10 Jakarta Tak Lulus
Delapan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) 10 Jakarta tak lulus Ujian Akhir Nasional (UAN). Mereka kini stres. Bahkan ada di antara mereka yang nyaris bunuh diri lantaran begitu putus asa. Karena itu, baru-baru ini, guru bimbingan dan penyuluhan (BP) SMA 10 Jakarta perlu mengundang mereka untuk berdialog.

Kesulitan itu pula yang berdampak buruk pada kondisi psikologis para siswa yang gagal lulus. Di Jakarta seorang pelajar mencoba bunuh diri. Begitu juga dengan di Pontianak, Kalimantan Barat, seorang pelajar nekat menghabisi nyawanya karena frustrasi .

Student tries to set fire to school after failing exam
A student depressed at failing the national exam reportedly tried to set fire to his school in East Bekasi as demands grow for an overhaul of the criteria for high school graduation.
The student, who was among dozens at Bina Karya vocational high school who failed the exam and was thus unable to graduate, entered an administration office Wednesday night and poured gasoline on the floor before setting it alight, police said.

A security guard saw him and the 19-year-old fled. The fire was quickly put out, although a computer and a desk were damaged.
East Bekasi Police chief Adj. Comr. Luthfi told The Jakarta Post that the student, who is now in police detention, was depressed after Monday's release of the exam scores.

“No Comment..”

T r a g e d i

Rencana Kuliah di IPB Pupus

SABTU 17 Juni 2006 pagi hari. Sebanyak 25 murid dan orangtuanya dipanggil ke SMA Perguruan Rakyat 2, Lampiri, Duren Sawit, Jakarta Timur. Mereka dikumpulkan di dalam satu ruang kelas, tanpa anak-anaknya.

Tak berapa lama kemudian, mereka keluar dari ruang kelas dengan mata berkaca-kaca. Mereka tak berbicara banyak dengan anak-anaknya yang menunggu di luar kelas. Setelah itu, giliran 25 siswa kelas tiga itu dipanggil ke dalam kelas.


Guru di depan kelas pun berucap bahwa anak didiknya di jurusan IPA yang dipanggil Sabtu pagi itu tidak lulus UN, karena nilai matematikanya di bawah nilai standar kelulusan 4,26. "Saat ini juga di kelas seperti lautan air mata. Kami menangis semua. Kami kecewa, kami sedih," ucap Siti Hapsa.


Hapsa dan teman-temannya yang tidak lulus UN tergolong siswa berprestasi dan selalu menduduki peringkat terbaik. Bahkan, berdasarkan nilai rapor dari kelas satu hingga kelas tiga SMA itu, Siti Hapsa diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa tes, pada awal Mei lalu.

"Kecewa banget," begitu kata gadis berkerudung putih yang akrab disapa Aca tersebut. Ia tak bisa menyembunyikan perasaan saat ditanya tentang ketidaklulusannya dalam ujian nasional (UN).

Matanya selalu terlihat berkaca-kaca. Wajahnya selalu menampilkan gurat kesedihan.

Aca selalu mendapat nilai minimal tujuh untuk setiap mata pelajaran di sekolah. Tapi, saat UN, ia hanya mengantongi nilai 4,00 untuk mata pelajaran matematika. Angka itu dibawah syarat minimal 4,26 Sedangkan untuk mata pelajaran lainnya tergolong tinggi. Bahasa Indonesia 8,00 dan bahasa Inggris 8,6. "Aku nggak tahu kenapa bisa dapat nilai empat. Memang soal-soalnya sulit, tapi saat itu aku yakin bisa lulus ujian matematika," katanya.


Rencananya, 4 Juli mendatang, putri bungsu dari lima bersaudara ini harus berada di asrama mahasiswi di IPB Bogor. Tapi, karena terganjal nilai matematika itu, impiannya pupus. Ia tidak ingin mengikuti anjuran pemerintah untuk mengulang di kelas tiga bagi yang tidak lulus ujian. "Saya malu, malu sama teman, malu sama saudara," katanya.


“Ini preseden buruk bagi pelaksana UN, untuk siswa yang diketahui berprestasi tapi gagal dalam UN mungkin perlu dicaritahu penyebabnya, apa memang standar yang hanya 4.26 itu terlalu tinggi bagi pelajar Indonesia ataukah ada penyebab lainnya?”


Lagi Kebijakan Pemerintah


Wapres Tegaskan Tidak Ada Ujian Ulang

Meski DPR RI mendesak agar diadakan ujian ulang, Wakil Presiden menegaskan tidak perlu dilakukan. Ujian ulangan itu menurutnya hanya akan melemahkan semangat belajar siswa.


Mengenai kebijakan tersebut, Wapres menjelaskan perlu diambil untuk memberikan pembelajaran bagi siswa dan orang tuanya untuk lebih memacu belajar keras. Sebaliknya, bila toleransi ujian ulang diberikan, hal itu dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan yang nantinya akan selalu diandalkan siswa untuk memperoleh ijasah kelulusan. Hal itu, katanya, justru akan melemahkan semangat dan kemampuan siswa.


“Saya pribadi setuju dengan pak wapres, memang yang namanya belajar jelas harus ada ujian dong, dan kalau tidak berhasil yah harus ulang lagi dari awal, kalau terlalu banyak toleransi bagaimana mau bermutu lulusan kita"


djoeffry

djakarta

june 28, 2006

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home