scratch from the past

Saturday, October 14, 2006

talife [that’s a life]

sumpah deh, beneran, gak ada satu pun manusia yang bakal tau apa yang akan terjadi esok, bahkan satu detik kemudian pun tak ada yang bisa meramalkannya.

setelah jum’at menjelang pagi ku dapat berita yang menyayat hati, duniaku terasa sempiiit sekali. siangnya dengan malas kupaksakan diri beranjak menuju masjid illahi tuk tunaikan shalat jumat walau cuaca terasa panas terik memanggang diri.


pintaku hanya satu, ‘Ya Rabbi, gantilah apa yang hilang dari diri dengan yang sempurna untuk jalani hidup ini’


sekali lagi, kita gak bakal tau kemana takdir akan membawa kita, sorenya pada saat berbuka puasa, ibunda bercerita kalau tadi ada saudara yang datang dan membawa berita bahwa nun disana ada sebuah keluarga yang memintaku datang berkunjung bersilaturahmi menambah pahala.

aku berpikir, ‘why not, it's worth to try, i don't want to drown in sadness and living in the past, now its the time for the future'. so I said ‘yes’


malamnya tak banyak yang kulakukan, karena sudah capek mengantar teman, hanya saja doa dan pinta tadi siang kembali terngiang.


esok paginya kupergi melaksanakan sebagian dari apa yang telah kurencanakan tadi malam, lalu ‘Bismillah’ kuberkunjung kerumah dia untuk menyelesaikan semua urusan dan mulai menatap masa depan. Masih terlintas jelas dalam benak tatapan terakhirnya kala menutup pintu rumahnya, menutup rapat pintu masa lalu, masa yang jelas indah yang tak kan terlupakan.


sekali lagi, gak ada deh yang tau mengenai masa depan. untungnya rumah keluarga yang ingin kutemui sejalan dengan rencana tadi malam, jadi klop deh. sebelum adzan Mahgrib berkumandang sampailah aku kesana dan ya Allah ...

kutatap dia, dewi yang terjatuh dari surga dan menjelma menjadi manusia. tinggi, putih dengan rambut panjang bergelombang bersinar keperakan. berdiri dia disana, menatapku ramah dengan pandangan bersinar bak bintang kejora, menyapaku sehangat mentari pagi di hari sabtu.


aku rasa aku jatuh cinta …

aku rasa aku jatuh cinta [lagi]

Tuhan, terima kasih, tlah memberikan ku kesempatan sekali lagi, tuk mereguk manisnya anggur cinta yang smoga kali ini kan abadi

djoeffry [on i will survive mode]
sabtu 14, 2006

djakarta

ps.
thanks buat waktu yang tak membuatku menunggu [ku tlah lelah menunggu]
thanks buat ibunda dan kakak-kakakku yang setia memacu
thanks buat cinta yang berbunga selalu

thanks juga buat kamu ...

Labels:

2 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home