scratch from the past

Tuesday, October 24, 2006

fajar satu syawal

Allah Akbar
Allah Akbar
Allah Akbar
Laillahaillalah
Allah Akbar
Allah Akbar
Walillah Ilham

Masih pedas rasanya mataku kala sayup sayup terdengar kumandang takbir, tahlil dan tahmid dari masjid dekat rumah. Kurasakan sekali lagi guncangan lembut dari tangan suci ibunda yang tak bosan bosannya kucium penuh cinta.

“Subuh nak, ayo sholat, mandi dan siap siap shalat berjamaah hari raya"

Kumelangkah perlahan dengan sajadah ditangan sambil mereguk mentari satu syawal yang tlah merekah sempurna. Ya, hanya dengan sajadah di tangan, tak ada lagi kursi roda tua tempat lelaki tercinta yang dapat kudorong dengan semangat beroleh kucuran pahala.

“Ya Abbati, Insya Allah kau bahagia disana, dapati janji Azza Wajalla. Ananda hanya bisa berdoa dan mohon ampun tak bisa penuhi pintamu dan tepati janjiku.”

Allah Akbar
Allah Akbar
Walillah Ilham

Takbir terakhir bergema meresap ke relung jiwa disela daun daun yang jatuh berguguran dipelataran masjid yang sesak oleh lautan manusia yang serta merta berdiri saling salam maaf memaafkan. Perlahan kuberjalan menembus rona rona ceria manusia yang kembali fitri, menapak tilas jalan aspal berdebu yang penuh dengan lembaran koran pengganti sajadah, penggal demi penggal kenangan melintas penuhi sukma yang kering merintih.

“Ya Allah, jadikanlah hambamu yang penuh dosa dan nista ini kembali fitri di hari yang suci. Inna shalati wanusuki wamahyaya wamamaati lillahirabblilalamin.”

Pintu rumah tlah terbuka lebar kala kubergegas masuk berlinang air mata hampiri ibunda yang kasihnya lebihi udara. Hanya tiga patah kata yang sanggup terucap, terapal berulang seperti mantra disela peluk yang kian mengerat dan tetes air mata.

“Maafkan F, bu ….”

djakarta
1 Syawal 1427H
djoeffry

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home