scratch from the past

Sunday, January 30, 2005

in the light [part II]


[untuk kamu]
aku cuma mau bilang terima kasih
tlah membuatku menikmati pagi ini
menemaniku menjalani indahnya hari
walau matahariku jauh dari diri
rapat terjaga dihati
s'moga ridho Illahi Robbi

djakarta
january 28, 2005
joeffry
- even in the darkness night, you always shine in my heart -

Labels: ,

Saturday, January 29, 2005

waktu aja ketinggalan sama kita

Shalat Jum'at hari ini agak lain dari biasanya. Khotbahnya cukup menarik, berbicara mengenai masalah waktu.Intinya dia bilang kalau yang namanya sang waktu tuh pasti konsisten, selalu maju, nggak pernah mundur.

Waktu juga berjalan dengan tetap, tidak pernah mempercepat dan tidak juga memperlambat. Kita pasti pernah dong punya perasaan kalau waktu itu berjalan sangat cepat sampai kita berkejar kejaran dengan waktu ataupun kadang melambat sedimikian rupa sehingga kita kadang beranggapan kalau waktu itu telah berhenti.

Khotbah ini membuat saya senyum senyum sendiri, teringat seorang yang sangat sangat baik kepada saya. Saya selalu bilang kalau bersama dia tuh saya butuh "8 days a week", 7 hari seminggu jelas nggak cukup buat kita. Tapi dia punya perumpamaan yang jauh lebih mengena : “waktu aja ketinggalan sama kita.”

Mengingatnya .... duh jadi kangen. Nah kangen ini juga salah satu biangnya mengapa kita mengaggap kalau sang waktu tuh melambat. Memang yah kita sebagai manusia selalu saja dipermainkan oleh apa yang namanya perasaan. Kalau saya menganalogikan kangen itu seperti gatal, semakin digaruk semakin nikmat. Tapi setelah itu seluruh badan kita rasanya ikut ikutan gatal dan minta jatah untuk digaruk. Begitu juga dengan kangen, kadang setelah chatting atau menelepon yang cukup lama, bukannya berkurang kadar kangennya malah makin menjadi jadi. Jadi bingung sendiri deh pokoknya.

Seperti malam ini, waktu tuh lambaaaaaat banget deh. Berhenti malah. Nggak banyak yang bisa dilakukan. Jadi ……. malah makin kangen.

kangen tuh seperti gatel
makin digaruk makin nikmat ...



djakarta
january 28, 2005
joeffry

Labels:

Wednesday, January 26, 2005

selamat ulang bulan yayang

kucoba tengok ke belakang
lihat bahagia yang takkan hilang
walau jauh jarak terentang
senang kurasa bukan penghalang

seperti pencuri rasa itu datang
diam diam tapi tak lekang
baru kini kuraih kasih sayang
jauh melampaui angan angan
kugenggam kudekap erat
s'moga tak terbang


tak terasa 30 hari berselang
selamat ulang bulan yayang ..



djakarta,
january 26, 2005
joeffry

Labels:

Sunday, January 23, 2005

happy Iedul Adha


Iedul Adha has arrived, to be filled by the same event. Shalat, qurban, forgive each other and a visit each other between relatives.

And then what?

Do we as a human being, sometimes have a feeling unnecessarily to the religion? Do we have felt that many times we are hiding at the opposite of taqwa blanket though we are a big bad wolf?

I have. Today is 2 days after Iedul Adha, and I remain to feel emptiness. I behold rearward, 30 years have elapsed off hand and almost, almost without meaning.

Many people say that rate of faith is very fluctuating. O.K., that is true, sometimes my religious spirit is very buoyant and sometimes loses off hand like spreading salt into the middle of the ocean.

Another people said that in fact what I’m looking for I can find it in my self alone. How? When I ask them, they only gave an answer without meaning.

Honestly, I try to look for an answer which I cannot yet solve.

For what I born and live in this world? Please don't try to tell me that we born to worship God the Almighty. It's too abstract for me.

Or maybe … am I trying to look for an answer from a question which is true there no its answer?

But, anyway .. Happy Iedul Adha ..

djakarta
january 23, 2005
joeffry

Labels:

Wednesday, January 19, 2005

ada namamu dalam doa

diam diam ada nama

terucap dalam doa

merayap geluti sukma

resah tunggu tiba

masa ’tuk bersua


diam diam ada nama

terucap dalam doa

hadir dalam sepi

mengurapi jiwa

yang coba setia


diam diam ada nama

terucap dalam doa

galau satukan dua mimpi

dalam lingkaran suci

nan abadi


perlahan tapi pasti

ada namamu dalam doa

djakarta

january 19, 2005

joeffry



- especially for you -

Labels:

Saturday, January 15, 2005

ampun


Sebuah wajah yang tertutup kedua tangan yang basah dengan air mata. Hatinya tergoncang laksana dedaunan di musim gugur yang siap jatuh. Air matanya mengalir deras dalam kebisuan yang menakutkan akibat kepahitan yang membuatnya sedih, rasa sedih yang menyusup ke dasar hatinya. Malampun ikut bersedih melihatnya. Rasa penyesalan yang mendalam sampai menyesakkan nafasnya. Berapa kali hembusan angin menerpa dan menggoncang bahteranya dengan kuat, akibat kelakuannya memperturutkan hawa nafsu, akibat tercemarnya hati dengan noda dan dosa.

Betapa kegilaan terhadap hawa nafsunya menimpa sehingga menoreh noda hitam di hatinya. Betapa banyak kesalahan yang melucuti sebaik-baik pakaian yaitu pakaian takwa dan berselimut dengan pakaian yang telah terkoyak dan dihiasi dengan dosa-dosa itu.

Betapa seringnya kenikmatan sementara itu mencampakkannya kejurang yang curam lagi dalam hingga berlumuran lumpur noda dan dosa.

Inilah pekuburan kesedihan yang mengelilingi lehernya yang dari waktu ke waktu membawa kain kafan-kafan berisi bangkai-bangkai kenangan yang berbau busuk.

Dan sekarang, berbagai pertanyaan meliputi hatinya, membuka gerbang ingatannya, gerbang yang dikelilingi noda-noda dosa.

Terdengar lelaki itu berkata : "Apakah Allah masih mau mengampuniku?"

Terdengar suara berkata,"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya" (QS. 4 : 48).

"Akan tetapi dosa-dosaku terlampau banyak."

"Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebahagian permulaan daripada malam, Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk" (QS. 11 : 114).

"Tetapi kenangan masa laluku selalu membayangiku, aromanya membuat hidungku sakit, dan bebannya menyesakkan jiwaku".

Suara itu berkata lagi: "Kamu harus membuang jauh-jauh kenangan-kenangan itu dan menimbunnya di kuburan istighfar yaitu sujud di akhir malam".

"Aku akan menyandang pedang taubat dan tambah penyesalan untuk menebus kenangan-kenangan yang membelenggu akan kucabik-cabik dia".

Lalu dengan khusyu' terdengar lantunan ayat, "Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang". (QS. 39 : 53).

Ayat itu bagaikan bara api yang menyala di malam yang sangat dingin. Lelaki itu penuh percaya diri dan harapan atas ampunan Allah, semakin optimis bagaikan pagi yang cerah mengharapkan ampunan Allah, seperti rumput-rumput yang bernyanyi riang mengambil datangnya hujan. Esok hari dia akan menjadi orang yang penyabar menghadapi berbagai macam cobaan.

Kemudian lelaki itu berkata, "Tak akan ada yang mampu menyembuhkan luka yang dalam ini selain iman, dengan menggantikan kejelekan-kejelekan dengan kebaikan. Dan kesabaran adalah sebaik-baik harta simpanan".

Lalu lelaki itu terdiam dan suara itupun ikut diam.

djakarta
january 15, 2005

Labels:

ya Nabi salam alaika

Kisah dibawah ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di daerah madura, sebuah pulau yang terkenal dengan kentalnya aroma keislaman. Kisah ini saya dapatkan melalui email dari seorang teman yang maaf namanya tidak dapat dipublikasikan. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada penulisnya, terdapat beberapa bagian yang diedit tanpa mengurangi makna dan inti cerita. Sengaja saya sadur kisah ini agar dapat memberi pelajaran dan tuntunan bagi kita semua.


Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh.

Usai berjualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan shalat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatpun menetes membasahi sekujur tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras.

Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya.


"Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu.

Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang perempuan tua luar biasa itu telah berpulang, dan Anda dapat mendengarkan rahasianya.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad saw."

"Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."

Kisah yang diceriterakan oleh seorang Kiai Madura, D. Zawawi Imran, ini bisa membuat bulu kuduk kita merinding.

Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt.

Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah.

Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?

Allah huma sholi ala sayidinna Muhammad wa ala alaihi sayidinna Muhammad.

djakarta
january 15, 2004

Labels:

Friday, January 14, 2005

semoga lekas sembuh ibu ...

"ibu sakit"
" Haaa, sakit apa"
"Nggak tau , belum jelas. Sekarang dirawat di ICU MMC"


Dialog itu tergiang terus dalam benakku, seperti bisingnya meriam kala memuntahkan bola bola panasnya kedalam lubuk hatiku yang meradang, merintih dan mengerang kejang sembari menyisakan secuil harapan bahwa apa yang kudengar hanyalah sebuah khayalan.

Tapi ... ibu memang sakit, dan itu sebuah kenyataan yang tak terelakkan. Walaupun sungguh, hanya Tuhan yang Maha Tahu betapa ingin aku berandai ini adalah sebuah mimpi yang tak pernah termimpikan yang tak sanggup teraba bahkan oleh angan angan.

Tapi ... ibu memang sungguh sakit, dan dimulailah perjalanan panjang yang sangat melelahkan berisikan penantian, harapan, cobaan dan godaan.
Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, malam demi malam, minggu demi minggu...

"ibu pusing.."
Terkesiap kumendengar pernyataan yang lembut, lemah bahkan nyaris berbisik meluncur keluar dari mulut ibunda yang kucintai bahkan melebihi diri. Ya, itu pernyataan bukanlah sebuah keluhan. 30 tahun hampir bersamanya tak pernah kudengar sekalipun keluhan, cacian maupun umpatan terlontar keluar dari bibirnya yang selalu basah dengan doa dan pujaan.

"ibu susah tidur .."
Hanya kalimat pendek terucap, tapi membuat hati meratap dan membuat sejuta akibat. Seakan memberi tanda jika saat ini tak ada lagi dua buah paha lembut tempat kuberbaring menumpahkan gelisah dan resah, sementara jemarimu yang suci lembut mengusap kepalaku diiringi shalawat pada nabimu yang memberikan nuasa gaib yang menyelimuti sukma sampai kutertidur berselimutkan doa.

"ibu capek nak..."
Kumenoleh dengan cepat seakan tak percaya dengan apa yang terdengar, dan kala kulihat dari kedua matamu yang teduh mengalir sebulir air dari surgawi yang kuyakin dititipkan oleh malaikat agar menjadi saksi di hari nanti, aku terdiam. Perlahan kutinggalkan ruangan yang kian terasa sempit mencekam, tersedotku oleh pusaran kehampaan, dimainkan oleh gelombang kepedihan yang berteman dengan angin kesedihan. Tanpa arah kuberjalan sampai akhirnya terjerembab di mushola pengharapan.

"Tuhaaaaaan..." tersungkurku di selimut lusuh yang kujadikan pengganti sajadah yang terlupakan, berat nian cobaan yang Dikau turunkan, baluri aku dengan setitik cahaya diatas cahaya, Nurun alan Nur, yang sinarnya mematikan alam semesta tapi menghidupkan hati penuh iman.
Atau Tuhan... beri aku setetes pegangan.




djakarta
january 14, 2005
joeffry
untuk ibunda tercinta, semoga lekas sembuh
untuk yayang yang telah menjadi pegangan


Labels:

Wednesday, January 12, 2005

ridho Tuhanmu

asyik aku bercumbu dengan dunia
sendiri kau tegar melawan masa
tak pernah ada setetes angkara
hanya doa tercurah baka

arah manapun yang kutempuh
hangat selimuti olehmu restu
kala keluh kesah riuh berpadu peluh
kaurengkuh daku dengan teduh
serta merta rapal shalawat dan doa
baluri sekujur tubuh

dimana lagi kan kudapati
cinta tulus putih suci lagi murni
jelas terang pasti abadi
tak kenal arti kata mati

antara fana dan maya
ada dunia lain tak teraba
tapi tetap dapat kurasa
ada cintamu disana duhai ibunda

bukankah ridho Tuhanmu
adalah ridhomu jua

sungguh
ridho Tuhanmu
adalah ridhomu jua

ridhoi aku bunda ...



djakarta,
january 12, 2005
joeffry

Labels:

how much is the price of your time, Dad?


As usual Taufik, the Head of a Branch in one of the foremost private enterprise companies in Jakarta, arrived in his house at 9 o'clock.

Strangely, Ichsan, his eldest son who is in the second grade of Primary School was the one who opened the door. Apparently Ichsan had been waiting for quite some time.

"How come, you haven’t slept yet?" said Taufik, kissing his son. Usually, Ichsan would be sound asleep when he comes home from work and just briefly guarded when he departs for the office in the morning.

Following his father into the family room, Ichsan replied, “I was waiting for you to come home, because I want to ask you how much your salary is Dad.”

"Hhmm, why do you ask about my salary? Do you need to ask for some money again?

"Oh no, just curious"

"Okay. You can try to calculate it by yourself. Every day I work for about 10 hours and I get paid Rp 400.000,-. Since every month is counted as 25 working days, how much would my salary be in one month?"

Little Ichsan hurried and took a piece of paper and a pencil from the studying table, while his father released his shoes and turned on the television. Then Taufik moved to his room to change clothes, and little Ichsan followed him.

"If you are paid Rp 400.000 everyday to work for 10 hours; that means you are paid Rp 40.000,- for one hour.”

"Wow, how clever you are, but it’s already late now, wash your feet and go to bed." ordered Taufik

But Ichsan did not move, while watching his father change clothes, Ichsan again asked, "Dad, may I borrow Rp 5.000,-?”

"What’s wrong with you, asking for money at night like this? I'm tired and want to take a bath first."

"But, Dad…"

Taufik's patience was finished.

"I said go to bed!"

The small child then went to his room.

After bathing, Taufik had regretted his reprimanding. He then visited Ichsan in his bedroom. His son was not yet asleep. Taufik saw his son crying slowly, holding Rp 15.000,- in his hands.

While lying and stroking his child’s small head, Taufik said, "I'm sorry, son. I really love you. Why do you ask for money so late at night? If you want to buy toys, tomorrow would be better. Even more than Rp 5.000,- would still be ok"

"But Dad, I am not asking for money, I just want to borrow it. I'll return it next week, after I save from my pocket money.

"Okay…Okay, but what for?" ask Taufik softly.

"I was waiting for you since 8 o'clock. I wanted to ask you to play ladder snake. I only wanted to ask for thirty minutes. Mother always tells me that your time is very valuable. So, I wanted to buy your time.

But when I opened my savings, there was only Rp 15.000,-. And since every hour you are paid Rp 40.000,-; then half hour must be Rp 20.000,-.
But my money is only Rp.15.000,- That’s why I wanted to borrow from you, Dad." said Ichsan.

Taufik fell silent
He was speechless and then hugged the small child very tight.

djakarta
january 10, 2005

-unknown-


Labels:

Monday, January 10, 2005

seandainya Rasulullah ke rumah kita


Bayangkan apabila Rasulullah SAW dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita........
Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita,
Apa yang akan kita lakukan ? Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari di rumah kita.
Beliau tentu tersenyum........

Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah SAW menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat Video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam.
Beliau tentu tetap tersenyum........

Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa. Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan kita meletakkannya di ruang tamu.
Beliau tentu tersenyum.......

Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap di rumah kita? Barangkali kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Sholawat kepada Rasulullah SAW. Barangkali kita menjadi malu bahwa anak-anak kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mengajari anak-anak kita.
Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu bahwa anak kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Power Rangers atau Kura-kura Ninja. Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar mandi menjadi ruang Shalat. Barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah SAW.
Beliau tentu tersenyum........

Belum lagi koleksi buku-buku kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi kaset kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi karaoke kita dan anak-anak kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita ?Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun azan berbunyi.
Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV. Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan sholat sunnah. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al Qur'an. Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.
Beliau tentu tersenyum.......

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita. Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita.
Betapa senyum beliau masih ada di situ........

Bayangkan apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul di depan rumah kita......
Apa yang akan kita lakukan ? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap di rumah kita ? Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu.


Maafkan kami ya Rasulullah.........
Masihkah beliau tersenyum ?
Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir........
Oh betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah........

djakarta
january, 10, 2005

Labels:

Saturday, January 08, 2005

empty but happy


You know what…

I fell so lonely today, no no no, empty is the correct word.
I wake up this afternoon (10 o’clock is afternoon right, he he, been busy chat with my yayang ‘til dawn) and I feel bolt from the blue.
I dream about my yayang (exactly what she ask in her last sms .. love u) so I called her and after that I wonder, what should I do today?

Damn… it’s a bloody Saturday and I still don’t know what to do.
For sure I have a several things to do.
First I must accompany my abah to go to hospital for routine medical check up, but my brother offer himself to go with him.
He thinks that I must be sleepy, thanks bro, but you’re totally wrong bro.
Even I sleep in a short time but I slept in happiness.

So my first task is finish, after take a quick bath and has a sandwich for breakfast, I go down to my mothers room, she is still recovering after 3 weeks hospitalized, but it’s a different story.
I see all my brothers and sister are there, so I think they don’t need me anymore, after bla bla bla, I decided to go to my friend cell phone shop with my cousin.

When I walked through his shop, I stunned, I saw Nokia 6100, same like my cute yayang cell phone.
Oh God, why everything’s in this world always remind me of her?
Sometimes it makes my heart so sore.
I love her so much, I never have this feeling before and I don’t want to lose it, but God .. please help me, I miss her but my hands are tied cause she’s still study in Singapore, sooooo faraway from here.
So please God, show me the way to pass this life with this feeling. It’s almost beyond me.

Hey .. it’s like a déjà vu, after the same bla bla bla, I give up.
I prefer to stay at home and wrap up my whole day there rather than outside and do nothing.
So I start the engine and press the play button on my mp3’s playback.
Guess what? I heard sentimental voice from Chantal Kreviazuk singing ‘Leaving on the jet plane’.

All my bags are packed, I'm ready to go
I'm standin' here outside your door
I hate to wake you up to say goodbye
But the dawn is breakin', it's early morn
The taxi's waitin', he's blowin' his horn
Already I'm so lonesome I could die
So kiss me and smile for me
Tell me that you'll wait for me
Hold me like you'll never let me go'
Cause I'm leaving on a jet plane
I don't know when I'll be back again
Oh, babe, I hate to go
There's so many times I've let you down
So many times I've played around
I'll tell you now, they don't mean a thing
Every place I go, I think of you
Every song I sing, I sing for you
When I come back I'll wear your wedding ring
So kiss me and smile for me
Tell me that you'll wait for me
Hold me like you'll never let me go'
Cause I'm leaving on a jet plane
I don't know when I'll be back again
Oh, babe, I hate to go
Now the time has come to leave you
One more time, oh, let me kiss you
And close your eyes and I'll be on my way
Dream about the days to come
When I won't have to leave alone
About the times that I won't have to say ...
Oh, kiss me and smile for me
Tell me that you'll wait for me
Hold me like you'll never let me go
'Cause I'm leaving on a jet plane
I don't know when I'll be back again
Oh, babe, I hate to go
And I'm leaving on a jet plane
I don't know when I'll be back again
Oh, babe, I hate to go

It doesn’t take so long when I starting to feel something in my eyes.
Something strange creeping on my heart, I don’t feel sad, not at all, what I feel is only joy and happiness, and I thanks to God that He give me a change to feel this feelings.
So, he I am, starting to write this blog.
Still empty but happy.
empty but happy

djakarta
january 08, 2005
joeffry

Labels: ,

Thursday, January 06, 2005

janji

hilang kini kosong jiwa
ketuk hati dengan cinta
sambut rasa dalam dada
biar semayam direlung jiwa

ada hati tlah janji pada Tuhannya
agar dia tak kenal arti lara
bercanda mesra dengan bahagia
slamanya

ya...
ada hati tlah janji pada Tuhannya




djakarta
January, 6 2005
joeffry

Labels: